Business

Senin, 23 Mei 2016

Sosialisasi

SOSIALISASI

A.    Urgensi Sosialisasi
Sosialisasi merupakan cara untuk membimbing individu ke dalam dunia sosial. Proses ini dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan harus diikiuti, dengan tujuan menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Proses sosialisasi ini bisa dikatakan pendidikan. Segala sesuatu yang dipelajari, dari orang tua, saudara-saudara, anggota keluaranya dan dari seorang guru, dengan tak sadar ia akan belajar dengan mendapatkan informasi secara isidenal dalam pelbagai situasi sambil mengamati kelakuan orang lain atupun medengarkan percakapan orang lain, seluruh proses ini berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungan.
Sosialisasi identik dengan makna penyesuaian diri (Adjustment). Konsep penyesuaian diri berasal dari biologi, dan merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin. Menurut teori tersebut hanya organisme yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat bertahan hidup. Tingkah laku manusia itu dapat diterangkan sebagai reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Manusia dalam hidup di masyarakat, tingkah lakunya tidak saja merupakan penyesuaian diri terhadap tuntutan fisik lingkungannya, melainkan juga penyesuaian diri terhadap tuntutan dan tekanan sosial orang lain. Proses penyesuaian itu merupakan reaksi terhadap sejumlah tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tuntutan internal dan eksternal. Tuntutan internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Misalnya, kebutuhan akan makanan, minuman, seks, penghargaan, sosial persahabatan, kecintaan dan sebagainya.
Seorang anak sejak kecil telah dikelilingi oleh agen-agen sosialisasi termasuk ibu, ayah, pengasuh dan juga dari keluarga yang terdekat.Apabila mereka di bangku sekolah, agen sosialisasi telah bertambah banyak seperti sekolah sendiri, rekan sebaya dan persatuan yang mereka ikuti. Keluarga memainkan peranan yang penting dalam pembentukan tingkah laku, sikap, nilai, motif, kepercayaan, personality dan kemahiran yang tertentu.
Hubungan yang baik akan membentuk ikatan kekeluargaan dan kemasyarakatan yang kukuh. Jean Piaget ahli psikologi terkenal berpendapat bahawa pembentukan personality seseorang ialah berdasarkan empat perkembangan kognitif seseorang, iaitu 0-2 tahun, 2-6 tahun, 6-12 tahun dan 12-15 tahun. Sekiranya seseorang kanak-kanak dapat melalui perkembangan proses sosialisasi tersebut dengan teratur maka dapatlah ia menyesuaikandiri dengan masyarakat.
Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada binatang dikendalikan oleh instink/naluri yang merupakan bawaan sejak awal kehidupannya. Binatang tidak menentukan apa yang harus dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan hubungan berdasarkan nalurinya. Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya. Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang. Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses belajar, yang disebut sosialisasi
B.     Definisi Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi, seorang individu atau anak didik belajar tentang perilaku, kebiasaan dan pola-pola kebuadayaan lain. Individu juga belajar tentang keterampilan siosial (social skills) seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, dan cara makan. Sosialisasi merupaka proses membimbing individu kedalam dunia social.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah  kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai  peranan ( role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Berikut ini adalah definisi sosialisasi dari beberapa sosiolog.
Kimbal Young dalam Ary H. Gunawan (2000) mengatakan bahwa sosialisasi merupakan hubungan interaktif dimana seseorang dapat mempelajari kebutuhan social dan cultural yang menjasikannya sebagai anggota masyarakat. Hal ini tampak bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar pada seseorang agar dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, agar nanti dapat hidup dimasyarakat dengan layak. Karena itu, sosialisasi merupakan proses belajar bagi seseorang.
Thomas Ford Hoult (1991) mengatakan bahwa sosialisasi merupakan proses belajar individu untuk brtingkah laku sesuai dengan standar dalam kebudayaan suatu masyarakat. Lebih lanjut, Hoult mengatakan :
Almost always denot the process whereby individuals learn to behave willingly in accordance with the prevailing standars of their culture; although occasionally used synonymously with learning, usually reserved for the type of learning that bears on future role performance and that particulary involves group appropal.
Peter L. Berger mengatakan bahwa sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peran-peran,sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role theory).
Robert M.Z. Lawang, mengaatakan bahwa sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan persyaratan lainnya yangdiperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dalamkehidupan sosial.
Horton dan Hunt, mengatakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-normakelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu: (1). Belajar nilai dan norma(sosialisasi). (2). Menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (internalisasi). (3). Membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan normayang telah menjadimiliknya (enkulturasi).
Dari beberapa definisi sosialisasi diatas, dimaknai bahwa sosialisasi ialah proses belajar individu dalam berperilaku sesuai norma dan nilai yang berlaku dalam kebudayaan yang ada dimasyarakat.
C.     Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola sebagai berikut.
1)   Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
2)   Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
D.     Proses Sosialisasi
Proses sosial merupakan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat kita amati apabila individu-individu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadalan sisten perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Dengan kata lain: apabila dua orang atau lebih saling berhubungan (mengadakan interaksi), maka akan terjadi apa yang kita namakan proses sosial. Proses ini dapat terjadi antara orang dengan orang, orang dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Yang satu memberi dorongan kepada yang lain, yang dibalas dengan reaksi secara timbal balik.
Proses sosialisasi juga merupakan proses belajar individu dalam berperilaku sesuai dengan standar dalam kebudayaan masyarakat. Proses sosialisasi juga dipandang sebagai proses akomodasi, dengan nama individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan dan mengembangkan pola-pola nilai tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat dimaknai bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dimana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil alih cara hidup atau kebudayaan masyarakat. Dalam proses sosialisasi, individu mempelajari kebiasaaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadi.
Adapun proses sosialisasi yaitu terjadi di lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga. Di lingkungan sekolah, proses sosialisasi merupakan hal yang penting sebagai transmisi kebudayaan karena disekolah menerapkan pengajaran langsung seperti mengajarkan bagaimana menjadi warga Negara yang baik, yang mengetahui norma-norma, nilai-nilai dan informasi penting lainnya.
Di lingkungan masyarakat, pada dasarnya akan mengarahkan pada masalah proses soialisasi pada anak, karena anak merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai objek penting dalam proses solialisasi. Sebagai bagian dari masyarakat anak dituntut untuk dapat hidup bermasyarakat secara baik, dan sebagai proses sosialisasi, anak merupakan individu yang perlu mendapatkan proses belajar bermasyarakat. Di masyarakat anak mendapaatkan pendidikan berupa pengalaman hidup. Setiap masyarakat meneruskan kebudayaannya kepada generasi penerus melalui interaksi social. Interaksi social yang berjalan dengan baik berarti proses sosialisasi berjalan dengan baik. Disitulah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman diluar rumah dan sekolah lingkungan sekitar rumah memberikan pengaruh social pertama kepada anak diluar keluarga. Di sinilah anak mengenal lingkungan social baru yang berbeda dengan dirumah. Jika dirumah ia kan merengek untuk mendapatkan sesuatu, namun siluar rumah ia akan tahu bahwa cara-cara seperti itu akan mendapatkan ejekan.
            Di lingkungan keluarga, keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ibu, ayah dan anak. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab. Hubungan sosial diantara anggota relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Fungsi keluarga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multi fungsional. Fungsi pengawasan, sosial pendidikan keagamaan, perlindungan dan rekreasi dilakukan oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya. Sebuah pepatah mengatakan bahwa perjalanan dimulai dari langkah pertama dan tradisi yang ditumbuhkan dalam keluarga merupakan langkah awal yang sangat penting. Pepatah ini memberi gambaran bahwa keluarga merupakan media pertama dalam menanamkan nilai-nilai.
Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain menyebabkan seorang anak menyadari dirinya sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam keluarga anak akan menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan dan masyarakat. Hal tersebut akan diperkenalkan oleh orang tua yang akhirnya dimiliki oleh anak. Perkembangan seorang anak di dalam keluarga sangat ditentukan oleh kondisi situasi keluarga dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki orangtuanya. Dalam proses sosialisasi terjadi hubungan timbal balik antara kedua orang tua dengan anaknya. Hubungan timbal balik ini kita sebut interaksi sosial. Dalam interaksi ini ada beberapa metode yang memberikan pengaruh terhadap hasil interaksi sosial yaitu:
1.      Imitasi (meniru)
Kecenderungan meniru merupakan naluri yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Dampak positif dari imitasi ialah mendorong seseorang untuk mengetahui norma dan nilai yang berlaku. Misalnya, Seorang ayah yang memberikan contoh bagaimana cara makan yang baik dalam keluarga hal itu akan ditiru oleh anggota keluarga lainnya.
2.      Sugesti
 Faktor sugesti berlangsung bila seseorang memberi pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya kemudian sikap itu diterima pihak lain. Misalnya, orangtua yang menceritakan keberhasilannya dalam studi dengan menggunakan metode belajar tertentu akan memberikan motivasi langsung pada anaknya.
3.      Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Misalnya, seseorang yang ingin menjadi seperti tokoh idolanya yang dihormati dan dikaguminya karena kedudukannya yang lebih tinggi atau mungkin tipe-tipe ideal yang mempunyai kelebihan yang dapat dijadikan panutan dan teladan untuk dirinya.
4.      Simpati
Simpati ialah kesenangan seseorang untuk langsung merasakan sesuatu dengan orang lain. Perasaan simpati ini banyak timbul dari hubungan antar manusia dan manusia lain. Misalnya, kerja sama atau tolong-menolong.
5.      Ganjaran dan hukuman
Tingkah laku anak yang salah, tidak baik dan kurang pantas harus mendapat hukuman, sedangkan tingkah laku yang sebaliknya mendapatkan ganjaran. Dengan hukuman anak menjadi sadar bahwa tingkah lakunya salah, tidak baik bahkan tidak pantas di masyarakat. Sebaliknya, dengan ganjaran anak menjadi sadar bahwa tingkah lakunya baik, terpuji dan diterima oang lain. Melalui proses hukuman dan ganjaran ini secara perlahan-lahan dalam diri anak berkembang kesadaran akan norma-norma sosial.
E.     Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman, kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luasdalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
Peter L. Berger dan Luckmann, mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk kesekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga  dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam  masyarakat .Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberisuatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami'pencabutan' identitas diri yang lama.
F.      Tipe Sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Disekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak  pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2)      Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri.
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.
G.    Tahap - Tahap Sosialisasi
Menurut George Herbert Mead, menjelaskan bahwa diri manusia berkembang secara bertahapmelalui interaksinya dengan anggota masyarakat yang lain, mulai dari Prepatori dan Play Stage.
I.     Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
II.     Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
III.     Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuanbermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membelakeluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksisemakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
IV.     Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama–bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya– secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
H.     Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

·         Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suaturumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurutGertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
·         Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadianseorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
·         Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
·         Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
Penayangan acara Smack Down di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.


KESIMPULAN
Sosialisasi identik dengan makna penyesuaian diri (Adjustment). Konsep penyesuaian diri berasal dari biologi, dan merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin. Menurut teori tersebut hanya organisme yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat bertahan hidup. Tingkah laku manusia itu dapat diterangkan sebagai reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya.
Proses sosial merupakan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat kita amati apabila individu-individu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadalan sisten perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Ada beberapa proses sosialisasi yaitu di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat dan dilingkungan keluarga.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, 1991. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed. & Hj. Safarina HD, M. Pd., M. Si., Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2011), Hal. 101-102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar