SOSIALISASI
A. Urgensi
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan cara untuk membimbing individu ke
dalam dunia sosial. Proses ini dilakukan dengan mendidik individu tentang
kebudayaan yang harus dimiliki dan harus diikiuti, dengan tujuan menjadi
anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Proses sosialisasi
ini bisa dikatakan pendidikan. Segala sesuatu yang dipelajari, dari orang tua,
saudara-saudara, anggota keluaranya dan dari seorang guru, dengan tak sadar ia
akan belajar dengan mendapatkan informasi secara isidenal dalam pelbagai
situasi sambil mengamati kelakuan orang lain atupun medengarkan percakapan
orang lain, seluruh proses ini berlangsung dalam interaksi individu dengan
lingkungan.
Sosialisasi identik dengan makna penyesuaian diri (Adjustment).
Konsep penyesuaian diri berasal dari biologi, dan merupakan konsep dasar dalam
teori evolusi Darwin. Menurut teori tersebut hanya organisme yang paling
berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat
bertahan hidup. Tingkah laku manusia itu dapat diterangkan sebagai reaksi-reaksi
terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Manusia dalam hidup di
masyarakat, tingkah lakunya tidak saja merupakan penyesuaian diri terhadap
tuntutan fisik lingkungannya, melainkan juga penyesuaian diri terhadap tuntutan
dan tekanan sosial orang lain. Proses penyesuaian itu merupakan reaksi terhadap
sejumlah tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi tuntutan internal dan eksternal. Tuntutan internal adalah tuntutan yang
berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik
maupun sosial. Misalnya, kebutuhan akan makanan, minuman, seks, penghargaan,
sosial persahabatan, kecintaan dan sebagainya.
Seorang anak sejak kecil telah
dikelilingi oleh agen-agen sosialisasi termasuk ibu, ayah, pengasuh dan
juga dari keluarga yang terdekat.Apabila mereka di bangku sekolah, agen
sosialisasi telah bertambah banyak seperti sekolah sendiri, rekan sebaya dan
persatuan yang mereka
ikuti. Keluarga memainkan peranan yang penting dalam pembentukan tingkah laku,
sikap, nilai, motif, kepercayaan, personality dan kemahiran yang tertentu.
Hubungan yang baik akan membentuk
ikatan kekeluargaan dan kemasyarakatan yang kukuh. Jean Piaget ahli psikologi
terkenal berpendapat bahawa pembentukan personality seseorang ialah
berdasarkan empat perkembangan kognitif seseorang, iaitu 0-2 tahun, 2-6 tahun,
6-12 tahun dan 12-15 tahun. Sekiranya seseorang kanak-kanak dapat melalui
perkembangan proses sosialisasi tersebut dengan teratur maka dapatlah ia
menyesuaikandiri
dengan masyarakat.
Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada
binatang dikendalikan oleh instink/naluri yang merupakan bawaan sejak awal
kehidupannya. Binatang tidak menentukan apa yang harus dimakannya, karena hal
itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan hubungan
berdasarkan nalurinya. Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya
mengandalkan nalurinya. Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada
binatang. Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan.
Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan dimakan dan juga
kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya.
Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga
terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian
juga dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang
berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem
pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan kata lain,
kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses
belajar, yang disebut sosialisasi
B. Definisi
Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi, seorang individu atau anak
didik belajar tentang perilaku, kebiasaan dan pola-pola kebuadayaan lain.
Individu juga belajar tentang keterampilan siosial (social skills) seperti
berbahasa, bergaul, berpakaian, dan cara makan. Sosialisasi merupaka proses
membimbing individu kedalam dunia social.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau
transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan ( role
theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan oleh individu. Berikut ini adalah definisi sosialisasi dari beberapa
sosiolog.
Kimbal
Young dalam Ary H. Gunawan (2000) mengatakan
bahwa sosialisasi merupakan hubungan interaktif dimana seseorang dapat mempelajari
kebutuhan social dan cultural yang menjasikannya sebagai anggota masyarakat.
Hal ini tampak bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar pada seseorang
agar dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, agar
nanti dapat hidup dimasyarakat dengan layak. Karena itu, sosialisasi merupakan
proses belajar bagi seseorang.
Thomas
Ford Hoult (1991) mengatakan bahwa
sosialisasi merupakan proses belajar individu untuk brtingkah laku sesuai
dengan standar dalam kebudayaan suatu masyarakat. Lebih lanjut, Hoult
mengatakan :
Almost always
denot the process whereby individuals learn to behave willingly in accordance
with the prevailing standars of their culture; although occasionally used
synonymously with learning, usually reserved for the type of learning that
bears on future role performance and that particulary involves group appropal.
Peter
L. Berger mengatakan bahwa sosialisasi
adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang
yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi
adalah peran-peran,sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role
theory).
Robert
M.Z. Lawang, mengaatakan bahwa sosialisasi
adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan persyaratan lainnya
yangdiperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif
dalamkehidupan sosial.
Horton
dan Hunt, mengatakan bahwa sosialisasi
adalah suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai
dan norma-normakelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah
kepribadiannya.Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses,
yaitu: (1). Belajar nilai dan norma(sosialisasi). (2). Menjadikan nilai dan
norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (internalisasi). (3).
Membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan normayang telah
menjadimiliknya (enkulturasi).
Dari beberapa definisi sosialisasi diatas, dimaknai
bahwa sosialisasi ialah proses belajar individu dalam berperilaku sesuai norma
dan nilai yang berlaku dalam kebudayaan yang ada dimasyarakat.
C. Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola sebagai berikut.
1)
Sosialisasi represif (repressive socialization)
menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari
sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan
imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi
yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi
terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
2)
Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana
anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan
bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan.
Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat
lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga
menjadi generalized other.
D.
Proses Sosialisasi
Proses sosial merupakan cara-cara interaksi (aksi dan
reaksi) yang dapat kita amati apabila individu-individu dan kelompok-kelompok
bertemu dan mengadalan sisten perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah
ada. Dengan kata lain: apabila dua orang atau lebih saling berhubungan
(mengadakan interaksi), maka akan terjadi apa yang kita namakan proses sosial.
Proses ini dapat terjadi antara orang dengan orang, orang dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok. Yang satu memberi dorongan kepada yang lain, yang
dibalas dengan reaksi secara timbal balik.
Proses sosialisasi juga merupakan proses belajar individu
dalam berperilaku sesuai dengan standar dalam kebudayaan masyarakat. Proses
sosialisasi juga dipandang sebagai proses akomodasi, dengan nama individu
menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan dan
mengembangkan pola-pola nilai tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan
masyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat dimaknai bahwa proses
sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dimana individu
menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil alih cara hidup
atau kebudayaan masyarakat. Dalam proses sosialisasi, individu mempelajari
kebiasaaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan standar
tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup. Semua sifat dan kecakapan yang
dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu
kesatuan sistem dalam diri pribadi.
Adapun proses sosialisasi yaitu terjadi di lingkungan
sekolah, masyarakat dan keluarga. Di
lingkungan sekolah, proses sosialisasi merupakan hal yang penting sebagai
transmisi kebudayaan karena disekolah menerapkan pengajaran langsung seperti
mengajarkan bagaimana menjadi warga Negara yang baik, yang mengetahui
norma-norma, nilai-nilai dan informasi penting lainnya.
Di
lingkungan masyarakat, pada dasarnya akan mengarahkan pada masalah proses
soialisasi pada anak, karena anak merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai
objek penting dalam proses solialisasi. Sebagai bagian dari masyarakat anak
dituntut untuk dapat hidup bermasyarakat secara baik, dan sebagai proses
sosialisasi, anak merupakan individu yang perlu mendapatkan proses belajar
bermasyarakat. Di masyarakat anak mendapaatkan pendidikan berupa pengalaman
hidup. Setiap masyarakat meneruskan kebudayaannya kepada generasi penerus
melalui interaksi social. Interaksi social yang berjalan dengan baik berarti
proses sosialisasi berjalan dengan baik. Disitulah anak memperoleh pengalaman
bergaul dengan teman-teman diluar rumah dan sekolah lingkungan sekitar rumah memberikan
pengaruh social pertama kepada anak diluar keluarga. Di sinilah anak mengenal
lingkungan social baru yang berbeda dengan dirumah. Jika dirumah ia kan
merengek untuk mendapatkan sesuatu, namun siluar rumah ia akan tahu bahwa
cara-cara seperti itu akan mendapatkan ejekan.
Di
lingkungan keluarga, keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya
terdiri atas ibu, ayah dan anak. Hubungan antar anggota keluarga
dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab. Hubungan sosial diantara
anggota relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
Fungsi keluarga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Keluarga
merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multi fungsional. Fungsi
pengawasan, sosial pendidikan keagamaan, perlindungan dan rekreasi dilakukan
oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya.
Sebuah
pepatah mengatakan bahwa perjalanan dimulai dari langkah pertama dan tradisi
yang ditumbuhkan dalam keluarga merupakan langkah awal yang sangat penting.
Pepatah ini memberi gambaran bahwa keluarga merupakan media pertama dalam
menanamkan nilai-nilai.
Adanya
interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain menyebabkan
seorang anak menyadari dirinya sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, dalam keluarga anak akan menyesuaikan diri dengan
kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat
yang berlaku dalam lingkungan dan masyarakat. Hal tersebut akan diperkenalkan
oleh orang tua yang akhirnya dimiliki oleh anak. Perkembangan seorang anak di
dalam keluarga sangat ditentukan oleh kondisi situasi keluarga dan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki orangtuanya. Dalam proses sosialisasi
terjadi hubungan timbal balik antara kedua orang tua dengan anaknya. Hubungan
timbal balik ini kita sebut interaksi sosial. Dalam interaksi ini ada beberapa
metode yang memberikan pengaruh terhadap hasil interaksi sosial yaitu:
1. Imitasi (meniru)
Kecenderungan
meniru merupakan naluri yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
interaksi sosial. Dampak positif dari imitasi ialah mendorong seseorang untuk
mengetahui norma dan nilai yang berlaku. Misalnya, Seorang ayah yang memberikan
contoh bagaimana cara makan yang baik dalam keluarga hal itu akan ditiru oleh
anggota keluarga lainnya.
2. Sugesti
Faktor
sugesti berlangsung bila seseorang memberi pandangan atau sikap yang berasal
dari dirinya kemudian sikap itu diterima pihak lain. Misalnya, orangtua yang
menceritakan keberhasilannya dalam studi dengan menggunakan metode belajar
tertentu akan memberikan motivasi langsung pada anaknya.
3. Identifikasi
Identifikasi
merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain. Misalnya, seseorang yang ingin menjadi seperti tokoh
idolanya yang dihormati dan dikaguminya karena kedudukannya yang lebih tinggi
atau mungkin tipe-tipe ideal yang mempunyai kelebihan yang dapat dijadikan
panutan dan teladan untuk dirinya.
4. Simpati
Simpati
ialah kesenangan seseorang untuk langsung merasakan sesuatu dengan orang lain.
Perasaan simpati ini banyak timbul dari hubungan antar manusia dan manusia
lain. Misalnya, kerja sama atau tolong-menolong.
5. Ganjaran dan hukuman
Tingkah
laku anak yang salah, tidak baik dan kurang pantas harus mendapat hukuman,
sedangkan tingkah laku yang sebaliknya mendapatkan ganjaran. Dengan hukuman
anak menjadi sadar bahwa tingkah lakunya salah, tidak baik bahkan tidak pantas
di masyarakat. Sebaliknya, dengan ganjaran anak menjadi sadar bahwa tingkah
lakunya baik, terpuji dan diterima oang lain. Melalui proses hukuman dan
ganjaran ini secara perlahan-lahan dalam diri anak berkembang kesadaran akan
norma-norma sosial.
E. Jenis
Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua
yaitu sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam
masyarakat). Menurut Goffman, kedua proses
tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan
tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu
dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luasdalam jangka waktu kurun
tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara
formal.
Peter L. Berger dan Luckmann,
mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang
dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau
saat anak belum masuk kesekolah.
Anak mulai mengenal anggota keluarga
dan lingkungan keluarga. Secara bertahap
dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat
penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara
terbatas di dalamnya. Warna
kepribadian anak akan
sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak
dengan anggota keluarga terdekatnya.
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi
lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam
kelompok tertentu dalam masyarakat .Salah
satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses
resosialisasi, seseorang diberisuatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam
proses desosialisasi, seseorang mengalami'pencabutan' identitas diri yang lama.
F. Tipe
Sosialisasi
Setiap
kelompok masyarakat mempunyai
standar dan nilai yang
berbeda. Contoh standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah
dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Disekolah, misalnya,
seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau
tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok
sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau
saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe
sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Formal
Sosialisasi
tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan
yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan
pendidikan militer.
2) Informal
Sosialisasi
tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan,seperti antara teman, sahabat,
sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.
Baik
sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada
pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa
bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan
sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan
adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa
yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya
untuk menilai dirinya sendiri.
Meskipun proses
sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit
untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan
informal sekaligus.
G. Tahap
- Tahap Sosialisasi
Menurut George Herbert Mead, menjelaskan
bahwa diri manusia berkembang secara bertahapmelalui interaksinya dengan
anggota masyarakat yang lain, mulai dari Prepatori dan Play Stage.
I.
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami
sejak manusia dilahirkan,
saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman
tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru
meski tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan”
yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut
juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat
makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
II.
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai
dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan
oleh orang dewasa.
Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang
tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang
dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan
kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai
terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak
orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang
yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana
anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut
orang-orang yang amat berarti (Significant other)
III.
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang
dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri
dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain
pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuanbermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membelakeluarga dan
bekerja sama dengan teman-temannya. Pada
tahap ini lawan berinteraksisemakin banyak dan hubunganya semakin
kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.
Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai
dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu
yang berlaku di luar keluarganya.
IV.
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized
other)
Pada tahap ini
seseorang telah dianggap dewasa.
Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan
kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa
menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama–bahkan dengan orang lain
yang tidak dikenalnya– secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada
tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
H.
Agen Sosialisasi
Agen
sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi.
Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen
sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang
diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa
yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak
diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan
terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari
teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan
lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu
tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan
tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik
pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
·
Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara
kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan
tinggal secara bersama-sama dalam suaturumah. Sedangkan
pada masyarakat yang
menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family),
agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja
terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di
samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya,
sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat
biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan
anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurutGertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam
sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam
ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
·
Teman pergaulan
Teman pergaulan
(sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia
mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai
kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam
proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada
masa remaja.
Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadianseorang individu.
Berbeda dengan
proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat
(berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain
dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang
sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat
mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat
dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
·
Lembaga pendidikan
formal (sekolah)
Menurut Dreeben,
dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan
berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai
kemandirian (independence), prestasi (achievement),
universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian
besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
·
Media massa
Yang termasuk
kelompok media massa di
sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya
pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang
disampaikan.
Contoh:
Penayangan acara Smack Down di televisi diyakini telah menyebabkan
penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau
bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak
atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu
dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah
mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya
perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
KESIMPULAN
Sosialisasi identik dengan makna penyesuaian diri (Adjustment).
Konsep penyesuaian diri berasal dari biologi, dan merupakan konsep dasar dalam
teori evolusi Darwin. Menurut teori tersebut hanya organisme yang paling
berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat
bertahan hidup. Tingkah laku manusia itu dapat diterangkan sebagai
reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya.
Proses sosial merupakan cara-cara interaksi (aksi dan
reaksi) yang dapat kita amati apabila individu-individu dan kelompok-kelompok
bertemu dan mengadalan sisten perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah
ada. Ada beberapa proses sosialisasi
yaitu di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat dan dilingkungan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu, 1991. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed. & Hj. Safarina HD, M.
Pd., M. Si., Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan
Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2011), Hal. 101-102
Tidak ada komentar:
Posting Komentar