PENDIDIKAN UNTUK REFORMASI SOSIAL
A.
Esensi Reformasi Sosial
Menurut Maclver
perubahan sosial muncul sebagai respon terhadap berbagai jenis perubahan yang
terjadi dalam lingkungan sosial dan nonsosial. Pendidikan dapat melakukan
perubahan sosial dengan mengubah pandangan dan sikap manusia. Lembaga
pendidikan dan guru merupakan agen perubahan sosial. Peran ini sangat jelas
pada masyarakat demokratis dan egaliter.
Pada masa
otoritarian, lembaga pendidikan dan guru sering diperalat untuk menujukkan
suatu cara hidup yang dikehendaki penguasa dan kekuatan masyarakat serta
merupakan alat kontrol sosial daripada instrumen perubahan sosial. Lembaga
pendidikan modern tidak menempatkan banyak penekanan pada transmisi gaya hidup
kepada siswa. Sebaliknya, pendidikan tradisional untuk melanggengkan masyarakat
statis, tidak ditandai dengan perubahan apapun. Pendidikan saat ini bertujuan
untuk mentransmisikan pengetahuan, mengembangkan keterampilan, menata sikap
siswa agar berada pada koridor perilaku sosial dan ideal serta bertanggungjawab
untuk menumbuhkembangkan kesadaran beragama bagi siswa, kecuali pada
negara-negara sekuler yang lebih menekankan pada dimensi etika.
Lembaga
pendidikan atau sekolah merupakan sebuah lembaga independen yang mempersiapkan
jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk ditransformasikan
kepada para siswa. Lembaga pendidikan atau sekolah telah membawa perubahan yang
fenomenal dalam setiap aspek kehidupan. Pendidikan merupakan proses yang
membawa perubahan dalam perilaku masyarakat, proses yang memungkinkan setiap
individu berpartisipasi secara efektif dan mengambil prakarsa dalam kegiatan
masyarakat dan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan
pembangunan sosial kemasyarakatan (Francis J. Brown).
Pada sisi lain,
sekolah sangat dibentuk oleh pengaruh pemimpin bisnis dan pendidik yang
mengadopsi teori-teori dan tekhnik dari bidang masyarakat ekonomi.
Di Amerika
sebagai contoh, tahun 1840-an Horace Mann dan rekan-rekannya menggegas upaya
mengatur sistem sekolah negeri berdasarkan produktivitas ekonomi dan
kemakmuran. Mereka berjanji, bahwa manajer pekerja pabrik yang lebih
berpendidikan akan menunjukkan “kepatuhan” dan “ketepatan waktu”, serta
menampilkan kebajikan lainnya. Pada awal 1900-an, praktik kerja administrator sekolah
mengadopsi secara luas konsep “manajemen ilmiah” untuk menjamin efisiensi yang
maksimum. Setelah era A National A Risk tahun 1993 oleh pemerintah Reagan,
komisi nasional satu demi satu segera menyatakan bahwa sekolah harus berusaha
untuk meningkatkan kinerja perekonomian Amerika dalam menghadapi persaingan
global.
B.
Pendidikan Sebagai Investasi Sosial
Pendidikan
adalah sebuah investasi. Investasi disini tidak terpisahkan dengan upaya
reformasi atau perubahan sosial. Orang tua atau masyarakat membelanjakan
uangnya untuk pendidikan anak-anaknya, menanamkan uang sebagai salah stu
investasi masa depan. Belum semua sekolah mampu secara optimal menampilkan
sosok mutu proses dan luaran yang dikehendaki dengan hanya melihat negatifnya
saja dari pendidikan persekolahan, terutama untuk jenjang sekilah dasar. Akan
tetapi itulah realitas disekitar kita.
Pola manajemen
masih tradisional, demikian juga cara guru mengajar tidak relevan lagi.
Pendidikan telah menjelma sebagai industri (education as industry) “Cohen 1972”
yang berarti manajemen pendidikan pun harus mengalami revolusi. Manajemen
meruakan pilar utama kemajuan organisasi persekolahan, termasuk kapasitasnya
dalam menerapkan filosofi pengendalian mutu terpadu (total quality management,
TQM), karena pendidikan sendiri telah menjelma sebagai industri. Untuk merespon
kebutuhan pasar kerja dan produk-produk baru ysng harus ditampilkan, kinerja
pendidikan harus mengalami perbaikan secara signifikan.
Institusi
pendidikan perlu melakukan reformasi diri untuk menjawab tekanan dunia kerja
yang makin selektif dalam menerima jumlah dan jenis lulusan yang mereka
butuhkan. Mengapa pendidikan sudah menjelma sebagai industri?
a.
Membutuhkan modal finansial yang cukup besar
b.
Membutuhkan instrumen tekhnologi
c.
Mensyaratkan sistem informasi yang kuat
d.
Terjadi sistem transformasi, mulai dari
masukkan, proses, dan luaran
e.
Terdapat nilai ekonomi sebagai hasil dari
transformasi pengetahuan oleh sekolah
f.
Menerapkan sistem prestasi, terutama
disekolah-sekolah swasta
g.
Siswa dipandang sebagai masukan mentah yang
harus dijadikan subjek untuk menjadi keluaran bermutu
h.
Lulusan pendidikan dipasarkan kepasar kerja
i.
Guru dan karyawan pendidikan makin memasal
j.
Institusi pendidikan hanya akan eksis dan
diserbu knsumer jika menggaransi mutu
k.
Aturan jam kerja makin rijid
l.
Ada jam kerja minimum bagi guru
Lembaga
sekolah, harus mampu berkompetisi dengan lembaga sejenis untuk memacu mutu yang
dikehendaki. Lulusan pun harus berkompetisi untuk dapat memasuki sektor
pekerjaan atau kegiatan swausaha yang makin kompetitif, menawarkan interpretasi
yang berlawanan pada sisi permintaan dari bursa tenaga kerja terhadap
permintaan yang ditawarkan oleh aliran human capital maupun kompetisi, namun
mereka berkata bahwa hal itu sejalan dengan interpretasi human capital tentang sisi
penyediaan.
Model
kompetisi upah maupun kompetisi kerja dikhotomi pendidikan sebagai produksi
atau konsumsi. Pandangan ini mengadopsi pendapat bahwa permintaan akan
pendidikan terlepas dari dimensi upah atau kompetisi dan dimensi produksi atau
konsumsi, melainkan sebatas proses nilai tambah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
Pendidikan
jenjang SD dan SMP cenderung tidak dipandu oleh dimensi-dimensi itu, apalagi
jenis pendidikan ini termasuk dalam skema wajib belajar.
Ada dua versi
hipotesis. Pertama, penghasilan menyeuruh yang akan diperoleh sebagai nilai
tambah hasil pendidikan dapat diprediksikan dengan menghubungkan biaya sendiri
dengan keuntungan yang diharapkan dimasa yang akan datang, dengan mengkalkulasi
rasio modal dengan keuntungan yang diharapkan. Kedua, pendapatan yang akan
diperoleh melalui keahlian pada bidang-bidang khusus yang dapat diprediksikan.
Teori human
capital menurut Blaug (1972) usaha untuk membuktikan hal itu secara khusus
belumlah berhasil. Usaha-usaha awal yang dibuat pada akhir tahun 1960-an untuk
memprakirakan permintaan akan pendidikan yang lebih tinggi cenderung menjadi
syarat dalam penentuan pendaftran atas dasar pendapatan rumah tangga dan bjiaya
pendidikan secara langsung.
Kajian diatas
terkait langsung dengan permintaan masyarakat. (Kajian Freeman 1971) terhadap
kelompok insinyur dan ilmuan lain merupakan salah satu contoh, sekaligus
menghasilkan beberapa prediksi teori human capital. Satu kelemahan pokok kajian
itu adalah penggunaan upah awal sebagai pegangan untuk memprediksi penghasilan
sepanjang hidup.
Meski sifatnya
integral dari human capital, pem bangunan pendidikan tidak lepas dari dimensi
internalnya, melakukan proses kemanusiaan dan pemanusiaan.
John Dewey
mengatakan bahwa pendidkan bertujuan meneruskan cita-cita demokrasi. Agenda
utama pendidikan secara fungsional adalah membentuk komunitas-komunitas sosial
ideal sebagai bagian dari proses transfrmasi pendewasaan peserta didik, apapun
bentuk dan seperti apapun ragam pendidikan itu dikemas.
Terminologi
akademik dari tata ekonomi berencana yang kerap dipakai disini adalah
market-driven education, perencanaan pendidikan harus digamitkan dengan
perencanaan tenaga kerja, benar adanya. Disini pendidikan dipandang sebagai
proses penaanaman modal dalam bentuk manusia (human investment atau capital
investment in human form), diman pendidikan merupakan proses menyiapkan manusi
untuk terjun di sektor produktif.
C.
Pendidikan dan Metamorfosis Sosial
Lembaga
pendidikan harus menanamkan paham kepada anak mengenai perlunya dibangkitkan
mental tatanan sosial dan eknomi yang sudah mapan.
(Max Blaug 1970), lembaga pendidikan
kekinian cukup potensial sebagai wahana meningkatkan angka-angka statistik
pengangguran, mengingat makin banyak masyarakat terdidik tercabut dari akar
kulturnya.
Pendidikan
merupakan usaha sadar sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan yang
berlangsung sejalan dengan modernitas peradaban yang sela bermetamorfosis
selayaknya istilah yang dikenal didalam biologi. Artinya bahwa peradaban dan
keberadaan manusia mengalami proses menuju kesempurnaan yang kontinyu.
Pendidikan
mengambil peran dalam proses pemberian nilai tambah kepada individu dan
masyarakat mengenai sisi perseorangan yang dikaitkan dengan karakteristik nilai
tambah yang dapat disumbangkan oleh pendidikan, baik yang dikhususkan maupun
yang bersifat alamiah dan pekerjaan yang mereka masuki merupakan suatu bagian
dari teori tentang bursa tenaga kerja yang lebih umum.
Berdiskusi
mengenai pendidikan dan bursa keraj, setidaknya mengidentifikasi tiga pendekatan
pokok. Pertama, sistem pendidikan beroperasi dengan cara sedemikian rupa
sehingga secara langsung menambah kemampuan kognitif seseorang.
Kedua, sekolah itu efektif dalam mengubah
perilaku seseorang, akan tetapi perubahan-perubahan yang paling penting bukan
lah pada ranah kognitif.
Sistem
pendidikan beroperasi sedemikian rupa, sehingga pendidikan itu mengembangkan
seperangkat ciri khusus perseorangan yang berhubungan dengan produktivitas
diantara kelompok anak-anak yang berbeda. Ciri khusus yang dihasilkan oleh
seklah adalah mereka ang akan mengisi pekerjaan dengan upah dan kriteria kerja
tertentu meliputi tepat waktu, kepatuhan dan hormat pada diri sendiri, dan
kemampuan untuk membuat keputusan.
Untuk tujuan
itu, sekolah-seklah harus diorganisasikan secara efektif dan efisien.
Pendidikan persekolahan merupakan pranata sosial yang menawarkan jasa layanan
yang bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik, emosional, dan bahkan
spiritual.
Menurut Diane
Massell 1998 ada tujuh elemen kapasitasuntuk mengakses pangsa pasar atau segmen
khusus, yaitu:
-
Pengetahuan dan keterampilan guru
-
Motivasi siswa
-
Materi kurikulum
-
Kualitas dan tipe orang-orang yang mendukung
proses pembelajaran dikelas
-
Kuantitas dan kualitas interaksi para pihak pada
tingkat organisasi sekolah
-
Sumber-sumber material
-
Organisasi dan alokasi sumber-sumber skolah
ditingkat dinas Diknas dan sekolah itu sendiri
Ketiga,
Melalui pendidikan dan usaha mendorong perkembangan yang baik kemampuan
kognitif maupun potensi produktivitas perseorangan yang terdongkrak. Pendidikan
sendiri sering diidentifikasi berperan dalam suatu mekanisme transformasi untuk
menyeleksi mereka yang tidak memiliki karakteristik yang berhubungan dengan
sekolah, seperti intelejensi dan motivasi yang tinggi yang dalam beberapa hal
berhubungan dengan produktivitas.
D.
Interverensi terhadap Pendidikan
Pada tataran
internal kelembagaan, kinerja guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang
belum berkinerja optimum memicu tekanan bagi sekolah sebagai institusi
pendidikan. Hampir semua orang dan pemimpin masyarakat, termasuk pemimpin
politik menerima peran sekolah melayani kebutuhan industri dan perdagangan.
Akhirnya, masyarakat kita memuja altar
perekonomian : berjanji apapun untuk meningkatkan jekayaan dan produktivitas,
menerima inovasi tekhnologi, dan sedikit refleksi kritis secara antusias.
Transformasi
sosial dipicu oleh pertumbuhan sektor industri yang memerlukan kehadiran
orang-orang yang berpendidikan. Pendidikan dirancang untuk melatih orang
mengambil peran sempit di tempat kerja berbeda dengan pendidikan yang bertujuan
untuk memungkinkan individu menjadi manusia yang mampu hidup seutuhnya.
Dalam bukunya “What Are People For?”
Wendell Berry (1990) mendeskripsikan inti permasalahan ini.
Dalam
kaitanyya dengan pendidikan untuk membangun keutuhan manusia, banyak model yang
bisa ditawarkan, seperti model pendidikan alternatif, progresif, demokratis,
dan holistik. Model pendidikan dan karekteristik manusia ada empat kualitas
penting yaitu :
1.
Pembelajaran eksperiensial (experiential
learning).
Belajar lebih dari sekadar memperoleh pengalaman.
2.
Pengembangan masyarakat (community development).
Siswa, guru, dan orang tua yang terlibat di sekolah merupakan komunitas
yang memiliki kebersamaan rasa.
3.
Peduli pada kehidupan kejiwaan (concern for the
inner life).
Pendidikan harus membangun rasa hormat kepada dimensi internal maupun
rohaniah siswa. Paling tidak, lingkungan belajar yang holistik seperti
melakukan yoga, meditasi dll harus menawarkan peride waktu yang tangguh.
4.
Melek Ekologis (ecologis literacy).
Prinsip-prinsip ekologi dan keberlanjutan yang tersirat dalam struktur
dan isi pendidikan yang holistik , jika tidak secar ekspilisit bisa dilakukan
di lapangan, ada budidaya sengaja yang disebut sebagai “melek ekologi didalam
ruangan” (David Orr). Desain fisik sekolah dan ruang kelas merupakan salah satu
bentuk suasana alam yang memungkinkan siswa menjadi melek ekologis
Keempat prinsip umum itu dipraktikan dalam cara yang
berbeda pada berbagai pendidikan alternatif. Setiap kelompok mempunyai publikasi,
konferensi, kelmpok diskusi internet, dan perhatian khusus secara sendiri.
E.
Perubahan Sosial Progresif
Perubahan sosial
progresif diidealisasikan dilakukan secara sangat demokratis tanpa menafikan
orang-orang dari latar belakang ras dan etnis, jenis kelamin, agama, tingkat
sosial dan ekonomi, posisi dimasyarakat, kemampuan dan keterampilan, usia dan
sebagainya. Mereka harus bergabung dalam mengembangkan dan menerapkan solusi
kreatif untuk memecahkan masalah sosial sekaligus melakukan penguatan.
Mental untuk
maju, penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan keterampilan merupakan kunci
utama. Kuncinya justru ada pada manusia itu sendiri. Mutasi pola pikir akan
melahirkan perubahan besar.
Dipermukaan,
gerakan sosial merupakan kebangkitan untuk bersatu mendorong beberapa bentuk
perubahan. Gerakan perubahan sesungguhnya mengalir dari pegorganisasian yang
hati-hati, masalitas partisipasi pada dunia pendidikan, agitasi yang
berkelanjutan serta kolaborasi lintas ras, gender, dan kelas sosial yang
didorong oleh energi manusia, kecerdasan, dan keberanian, serta uang.
Pendidikan
secara universal telah diterima sebagai kunci utama perubahan sosial. Sampai
saat ini pendidikan tetap diakui sebagai salah satu agen perubahan dengan
kekuatan yang dahsyat.
Pendidikan sebagai
agen transformasi sosial memang mendapati banyak sorotan mulai dari orang awam
sampai pengamat sebagian berkesimpulan : sekolah telah gagal melakukan
reformasi sosial seperti guru berkualitas buruk, manja, dan berbudaya
nepotisme. Tindakan mengecam rendahnya pendidikan seperti ini merupakan
cerminan masyarakat menyalahkan dirinya sendiri. Praktik kependidikan formal,
komunitas sekolah mungkin diterima sebagai paling disalahkan ketika lembaga
pendidikan belum menjadi agen tranformasi yang ideal. Kita harus jujur bahwa
langkah pertama untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah mengakui bahwa
masalah dominan yang menggangu sekolah berakar pada bagaimana cara masyarakat
diatur atau mengatur diri. Dan kebanyakan orang-orang yang hidup “dibawah anak
tangga ekonomi” distigmatisasi sebagai gagal melakukan penyesuaian dan harus
menerima diri sebagai pelaku yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar