Business

Rabu, 25 Mei 2016

Pengantar Pendidikan : Pendidikan Untuk Reformasi Sosial

PENDIDIKAN UNTUK REFORMASI SOSIAL

A.      Esensi Reformasi Sosial
Menurut Maclver perubahan sosial muncul sebagai respon terhadap berbagai jenis perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial dan nonsosial. Pendidikan dapat melakukan perubahan sosial dengan mengubah pandangan dan sikap manusia. Lembaga pendidikan dan guru merupakan agen perubahan sosial. Peran ini sangat jelas pada masyarakat demokratis dan egaliter.
Pada masa otoritarian, lembaga pendidikan dan guru sering diperalat untuk menujukkan suatu cara hidup yang dikehendaki penguasa dan kekuatan masyarakat serta merupakan alat kontrol sosial daripada instrumen perubahan sosial. Lembaga pendidikan modern tidak menempatkan banyak penekanan pada transmisi gaya hidup kepada siswa. Sebaliknya, pendidikan tradisional untuk melanggengkan masyarakat statis, tidak ditandai dengan perubahan apapun. Pendidikan saat ini bertujuan untuk mentransmisikan pengetahuan, mengembangkan keterampilan, menata sikap siswa agar berada pada koridor perilaku sosial dan ideal serta bertanggungjawab untuk menumbuhkembangkan kesadaran beragama bagi siswa, kecuali pada negara-negara sekuler yang lebih menekankan pada dimensi etika.
Lembaga pendidikan atau sekolah merupakan sebuah lembaga independen yang mempersiapkan jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk ditransformasikan kepada para siswa. Lembaga pendidikan atau sekolah telah membawa perubahan yang fenomenal dalam setiap aspek kehidupan. Pendidikan merupakan proses yang membawa perubahan dalam perilaku masyarakat, proses yang memungkinkan setiap individu berpartisipasi secara efektif dan mengambil prakarsa dalam kegiatan masyarakat dan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan pembangunan sosial kemasyarakatan (Francis J. Brown).
Pada sisi lain, sekolah sangat dibentuk oleh pengaruh pemimpin bisnis dan pendidik yang mengadopsi teori-teori dan tekhnik dari bidang masyarakat ekonomi.
Di Amerika sebagai contoh, tahun 1840-an Horace Mann dan rekan-rekannya menggegas upaya mengatur sistem sekolah negeri berdasarkan produktivitas ekonomi dan kemakmuran. Mereka berjanji, bahwa manajer pekerja pabrik yang lebih berpendidikan akan menunjukkan “kepatuhan” dan “ketepatan waktu”, serta menampilkan kebajikan lainnya. Pada awal 1900-an, praktik kerja administrator sekolah mengadopsi secara luas konsep “manajemen ilmiah” untuk menjamin efisiensi yang maksimum. Setelah era A National A Risk tahun 1993 oleh pemerintah Reagan, komisi nasional satu demi satu segera menyatakan bahwa sekolah harus berusaha untuk meningkatkan kinerja perekonomian Amerika dalam menghadapi persaingan global.

B.      Pendidikan Sebagai Investasi Sosial
Pendidikan adalah sebuah investasi. Investasi disini tidak terpisahkan dengan upaya reformasi atau perubahan sosial. Orang tua atau masyarakat membelanjakan uangnya untuk pendidikan anak-anaknya, menanamkan uang sebagai salah stu investasi masa depan. Belum semua sekolah mampu secara optimal menampilkan sosok mutu proses dan luaran yang dikehendaki dengan hanya melihat negatifnya saja dari pendidikan persekolahan, terutama untuk jenjang sekilah dasar. Akan tetapi itulah realitas disekitar kita.
Pola manajemen masih tradisional, demikian juga cara guru mengajar tidak relevan lagi. Pendidikan telah menjelma sebagai industri (education as industry) “Cohen 1972” yang berarti manajemen pendidikan pun harus mengalami revolusi. Manajemen meruakan pilar utama kemajuan organisasi persekolahan, termasuk kapasitasnya dalam menerapkan filosofi pengendalian mutu terpadu (total quality management, TQM), karena pendidikan sendiri telah menjelma sebagai industri. Untuk merespon kebutuhan pasar kerja dan produk-produk baru ysng harus ditampilkan, kinerja pendidikan harus mengalami perbaikan secara signifikan.
Institusi pendidikan perlu melakukan reformasi diri untuk menjawab tekanan dunia kerja yang makin selektif dalam menerima jumlah dan jenis lulusan yang mereka butuhkan. Mengapa pendidikan sudah menjelma sebagai industri?
a.       Membutuhkan modal finansial yang cukup besar
b.      Membutuhkan instrumen tekhnologi
c.       Mensyaratkan sistem informasi yang kuat
d.      Terjadi sistem transformasi, mulai dari masukkan, proses, dan luaran
e.      Terdapat nilai ekonomi sebagai hasil dari transformasi pengetahuan oleh sekolah
f.        Menerapkan sistem prestasi, terutama disekolah-sekolah swasta
g.       Siswa dipandang sebagai masukan mentah yang harus dijadikan subjek untuk menjadi keluaran bermutu
h.      Lulusan pendidikan dipasarkan kepasar kerja
i.         Guru dan karyawan pendidikan makin memasal
j.        Institusi pendidikan hanya akan eksis dan diserbu knsumer jika menggaransi mutu
k.       Aturan jam kerja makin rijid
l.         Ada jam kerja minimum bagi guru

Lembaga sekolah, harus mampu berkompetisi dengan lembaga sejenis untuk memacu mutu yang dikehendaki. Lulusan pun harus berkompetisi untuk dapat memasuki sektor pekerjaan atau kegiatan swausaha yang makin kompetitif, menawarkan interpretasi yang berlawanan pada sisi permintaan dari bursa tenaga kerja terhadap permintaan yang ditawarkan oleh aliran human capital maupun kompetisi, namun mereka berkata bahwa hal itu sejalan dengan interpretasi human capital tentang sisi penyediaan.
Model kompetisi upah maupun kompetisi kerja dikhotomi pendidikan sebagai produksi atau konsumsi. Pandangan ini mengadopsi pendapat bahwa permintaan akan pendidikan terlepas dari dimensi upah atau kompetisi dan dimensi produksi atau konsumsi, melainkan sebatas proses nilai tambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pendidikan jenjang SD dan SMP cenderung tidak dipandu oleh dimensi-dimensi itu, apalagi jenis pendidikan ini termasuk dalam skema wajib belajar.
Ada dua versi hipotesis. Pertama, penghasilan menyeuruh yang akan diperoleh sebagai nilai tambah hasil pendidikan dapat diprediksikan dengan menghubungkan biaya sendiri dengan keuntungan yang diharapkan dimasa yang akan datang, dengan mengkalkulasi rasio modal dengan keuntungan yang diharapkan. Kedua, pendapatan yang akan diperoleh melalui keahlian pada bidang-bidang khusus yang dapat diprediksikan.
Teori human capital menurut Blaug (1972) usaha untuk membuktikan hal itu secara khusus belumlah berhasil. Usaha-usaha awal yang dibuat pada akhir tahun 1960-an untuk memprakirakan permintaan akan pendidikan yang lebih tinggi cenderung menjadi syarat dalam penentuan pendaftran atas dasar pendapatan rumah tangga dan bjiaya pendidikan secara langsung.
Kajian diatas terkait langsung dengan permintaan masyarakat. (Kajian Freeman 1971) terhadap kelompok insinyur dan ilmuan lain merupakan salah satu contoh, sekaligus menghasilkan beberapa prediksi teori human capital. Satu kelemahan pokok kajian itu adalah penggunaan upah awal sebagai pegangan untuk memprediksi penghasilan sepanjang hidup.
Meski sifatnya integral dari human capital, pem bangunan pendidikan tidak lepas dari dimensi internalnya, melakukan proses kemanusiaan dan pemanusiaan.
John Dewey mengatakan bahwa pendidkan bertujuan meneruskan cita-cita demokrasi. Agenda utama pendidikan secara fungsional adalah membentuk komunitas-komunitas sosial ideal sebagai bagian dari proses transfrmasi pendewasaan peserta didik, apapun bentuk dan seperti apapun ragam pendidikan itu dikemas.
Terminologi akademik dari tata ekonomi berencana yang kerap dipakai disini adalah market-driven education, perencanaan pendidikan harus digamitkan dengan perencanaan tenaga kerja, benar adanya. Disini pendidikan dipandang sebagai proses penaanaman modal dalam bentuk manusia (human investment atau capital investment in human form), diman pendidikan merupakan proses menyiapkan manusi untuk terjun di sektor produktif.

C.      Pendidikan dan Metamorfosis Sosial
Lembaga pendidikan harus menanamkan paham kepada anak mengenai perlunya dibangkitkan mental tatanan sosial dan eknomi yang sudah mapan.
(Max Blaug 1970), lembaga pendidikan kekinian cukup potensial sebagai wahana meningkatkan angka-angka statistik pengangguran, mengingat makin banyak masyarakat terdidik tercabut dari akar kulturnya.
                Pendidikan merupakan usaha sadar sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan yang berlangsung sejalan dengan modernitas peradaban yang sela bermetamorfosis selayaknya istilah yang dikenal didalam biologi. Artinya bahwa peradaban dan keberadaan manusia mengalami proses menuju kesempurnaan yang kontinyu.
                Pendidikan mengambil peran dalam proses pemberian nilai tambah kepada individu dan masyarakat mengenai sisi perseorangan yang dikaitkan dengan karakteristik nilai tambah yang dapat disumbangkan oleh pendidikan, baik yang dikhususkan maupun yang bersifat alamiah dan pekerjaan yang mereka masuki merupakan suatu bagian dari teori tentang bursa tenaga kerja yang lebih umum.
                Berdiskusi mengenai pendidikan dan bursa keraj, setidaknya mengidentifikasi tiga pendekatan pokok. Pertama, sistem pendidikan beroperasi dengan cara sedemikian rupa sehingga secara langsung menambah kemampuan kognitif seseorang.
Kedua, sekolah itu efektif dalam mengubah perilaku seseorang, akan tetapi perubahan-perubahan yang paling penting bukan lah pada ranah kognitif.
Sistem pendidikan beroperasi sedemikian rupa, sehingga pendidikan itu mengembangkan seperangkat ciri khusus perseorangan yang berhubungan dengan produktivitas diantara kelompok anak-anak yang berbeda. Ciri khusus yang dihasilkan oleh seklah adalah mereka ang akan mengisi pekerjaan dengan upah dan kriteria kerja tertentu meliputi tepat waktu, kepatuhan dan hormat pada diri sendiri, dan kemampuan untuk membuat keputusan.
Untuk tujuan itu, sekolah-seklah harus diorganisasikan secara efektif dan efisien. Pendidikan persekolahan merupakan pranata sosial yang menawarkan jasa layanan yang bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik, emosional, dan bahkan spiritual.
Menurut Diane Massell 1998 ada tujuh elemen kapasitasuntuk mengakses pangsa pasar atau segmen khusus, yaitu:
-          Pengetahuan dan keterampilan guru
-          Motivasi siswa
-          Materi kurikulum
-          Kualitas dan tipe orang-orang yang mendukung proses pembelajaran dikelas
-          Kuantitas dan kualitas interaksi para pihak pada tingkat organisasi sekolah
-          Sumber-sumber material
-          Organisasi dan alokasi sumber-sumber skolah ditingkat dinas Diknas dan sekolah itu sendiri
Ketiga, Melalui pendidikan dan usaha mendorong perkembangan yang baik kemampuan kognitif maupun potensi produktivitas perseorangan yang terdongkrak. Pendidikan sendiri sering diidentifikasi berperan dalam suatu mekanisme transformasi untuk menyeleksi mereka yang tidak memiliki karakteristik yang berhubungan dengan sekolah, seperti intelejensi dan motivasi yang tinggi yang dalam beberapa hal berhubungan dengan produktivitas.

D.      Interverensi terhadap Pendidikan
Pada tataran internal kelembagaan, kinerja guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang belum berkinerja optimum memicu tekanan bagi sekolah sebagai institusi pendidikan. Hampir semua orang dan pemimpin masyarakat, termasuk pemimpin politik menerima peran sekolah melayani kebutuhan industri dan perdagangan.
Akhirnya, masyarakat kita memuja altar perekonomian : berjanji apapun untuk meningkatkan jekayaan dan produktivitas, menerima inovasi tekhnologi, dan sedikit refleksi kritis secara antusias.
                Transformasi sosial dipicu oleh pertumbuhan sektor industri yang memerlukan kehadiran orang-orang yang berpendidikan. Pendidikan dirancang untuk melatih orang mengambil peran sempit di tempat kerja berbeda dengan pendidikan yang bertujuan untuk memungkinkan individu menjadi manusia yang mampu hidup seutuhnya.
Dalam bukunya “What Are People For?” Wendell Berry (1990) mendeskripsikan inti permasalahan ini.
                Dalam kaitanyya dengan pendidikan untuk membangun keutuhan manusia, banyak model yang bisa ditawarkan, seperti model pendidikan alternatif, progresif, demokratis, dan holistik. Model pendidikan dan karekteristik manusia ada empat kualitas penting yaitu :
1.       Pembelajaran eksperiensial (experiential learning).
Belajar lebih dari sekadar memperoleh pengalaman.
2.       Pengembangan masyarakat (community development).
Siswa, guru, dan orang tua yang terlibat di sekolah merupakan komunitas yang memiliki kebersamaan rasa.
3.       Peduli pada kehidupan kejiwaan (concern for the inner life).
Pendidikan harus membangun rasa hormat kepada dimensi internal maupun rohaniah siswa. Paling tidak, lingkungan belajar yang holistik seperti melakukan yoga, meditasi dll harus menawarkan peride waktu yang tangguh.
4.       Melek Ekologis (ecologis literacy).
Prinsip-prinsip ekologi dan keberlanjutan yang tersirat dalam struktur dan isi pendidikan yang holistik , jika tidak secar ekspilisit bisa dilakukan di lapangan, ada budidaya sengaja yang disebut sebagai “melek ekologi didalam ruangan” (David Orr). Desain fisik sekolah dan ruang kelas merupakan salah satu bentuk suasana alam yang memungkinkan siswa menjadi melek ekologis

Keempat prinsip umum itu dipraktikan dalam cara yang berbeda pada berbagai pendidikan alternatif. Setiap kelompok mempunyai publikasi, konferensi, kelmpok diskusi internet, dan perhatian khusus secara sendiri.

E.       Perubahan Sosial Progresif
Perubahan sosial progresif diidealisasikan dilakukan secara sangat demokratis tanpa menafikan orang-orang dari latar belakang ras dan etnis, jenis kelamin, agama, tingkat sosial dan ekonomi, posisi dimasyarakat, kemampuan dan keterampilan, usia dan sebagainya. Mereka harus bergabung dalam mengembangkan dan menerapkan solusi kreatif untuk memecahkan masalah sosial sekaligus melakukan penguatan.
Mental untuk maju, penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan keterampilan merupakan kunci utama. Kuncinya justru ada pada manusia itu sendiri. Mutasi pola pikir akan melahirkan perubahan besar.
Dipermukaan, gerakan sosial merupakan kebangkitan untuk bersatu mendorong beberapa bentuk perubahan. Gerakan perubahan sesungguhnya mengalir dari pegorganisasian yang hati-hati, masalitas partisipasi pada dunia pendidikan, agitasi yang berkelanjutan serta kolaborasi lintas ras, gender, dan kelas sosial yang didorong oleh energi manusia, kecerdasan, dan keberanian, serta uang.
Pendidikan secara universal telah diterima sebagai kunci utama perubahan sosial. Sampai saat ini pendidikan tetap diakui sebagai salah satu agen perubahan dengan kekuatan yang dahsyat.

Pendidikan sebagai agen transformasi sosial memang mendapati banyak sorotan mulai dari orang awam sampai pengamat sebagian berkesimpulan : sekolah telah gagal melakukan reformasi sosial seperti guru berkualitas buruk, manja, dan berbudaya nepotisme. Tindakan mengecam rendahnya pendidikan seperti ini merupakan cerminan masyarakat menyalahkan dirinya sendiri. Praktik kependidikan formal, komunitas sekolah mungkin diterima sebagai paling disalahkan ketika lembaga pendidikan belum menjadi agen tranformasi yang ideal. Kita harus jujur bahwa langkah pertama untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah mengakui bahwa masalah dominan yang menggangu sekolah berakar pada bagaimana cara masyarakat diatur atau mengatur diri. Dan kebanyakan orang-orang yang hidup “dibawah anak tangga ekonomi” distigmatisasi sebagai gagal melakukan penyesuaian dan harus menerima diri sebagai pelaku yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar