Dear,
Aku yang ke sepuluh tahun mendatang
di –
Tempat yang sekarang kau duduki
di –
Tempat yang sekarang kau duduki
Sudah menjadi wanita tangguh apa masih saja kayak anak kecil, yang manja, egois?
Apa kabarmu hari ini? Sudah menemukan bahagia yang kau cari selama ini? Atau kau masih menyeka dalam gelap, apa itu bahagia? Sudahlah, selagi kau masih bisa bernapas, bahagialah. Jangan lupa bersyukur atas pencapaianmu. Mulai dari sembilan tahun yang lalu, kau sudah mencapai gelar Sarjana, bukan? Walau pun gak Cumlaude, bahagialah, karena dalam perjalanannya engkau tak berbuat curang, kau kerjakan semua script dengan jujur, kau mandiri, bukan karena kau tak butuh bantuan orang lain, tapi kau masih bisa bertahan mengerjakan semuanya sendirian.
Delapan tahun yang lalu, kau
mulai diterima kerja menjadi anggota DPRD, kan? Bahagialah, karena tak semua
orang bisa bekerja di sana, bahkan yang terlihat cerdas dalam hal apa pun masih
bisa dikalahkan dengan mereka yang berkemampuan di bawah rata – rata, namun
memiliki “kantong tebal”. Itu adalah hal yang lumrah, bahkan sudah membudaya di
negara kita ini.
Tujuh tahun yang lalu, kau mulai
mencintai pekerjaanmu, kau mulai menyisihkan uang untuk di tabung. Dan wow,
ternyata pada tahun ini, kau tak lupa menyisihkan uang untuk orang tua mu yang
semakin hari semakin menua, kau juga tak lupa menyisihkan untuk rencana
pernikahan mu di usia 25 tahun, usia yang kau targetkan untuk memiliki keluarga
baru.
Enam atau lima tahun yang lalu,
kau mulai berpikir ulang, apakah sosok yang selama ini menemanimu akan benar –
benar menjadi pendamping dalam hidupmu? Karena kau tak lupa aku dulu pernah
berpesan, carilah ia yang tulus, benar – benar cinta bagaimana pun kondisimu,
yang tak dibayangi dengan ingatan masa lalu, yang pasti memimpinmu ke arah yang
lebih baik, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.
Empat tahun yang lalu, Taraaa...
Akhirnya, kau sudah menemukan belahan jiwamu yang benar – benar kau cari selama
ini. Namun sayangnya, kau merahasiakan dariku siapa yang menjadi pendampingmu
saat ini. Oh iya, selamat dariku, ingatlah bagaimana dulu aku pernah membuatmu
mengingat bahwa cinta adalah sesuatu yang harus kau hargai keberadaannya, harus
benar – benar kau jatuhkan untuk hati yang ingin menerimanya dengan senang
hati, dan satu hal yang pasti, cinta itu satu, mencintai itu harus dua, jangan
terbalik, karena cinta harus dengan satu orang, sedangkan mencintai butuh dua
orang agar bisa dinamai dengan kata “saling”. Semoga ijab qabul itu hanya
berlangsung sekali dalam hidupmu, jangan sampai berkali – kali, haram hukumnya,
dan menjadi keluarga yang SaMaWa ya. Banyak doa terbaik untukmu, cantik.
Tiga tahun yang lalu hingga
sekarang saat kau baca surat ini, kau sudah mempunyai buah hatimu hasil cinta
dari ia yang kau cinta. Pastikan tetap harmonis ya rumah tangga kalian. Jangan
lupa ajarkan nilai – nilai Islam ya pada anak – anakmu, dan jangan lupa ajarkan
tentang moral, serta jangan lupa ajarkan ia bagaimana adat Jawa kita yang
semakin hari semakin terkikis oleh masa.
Setelah kau baca surat ini, jangan
lupa selalu bersyukur, lakukanlah kebaikan, ingatlah kedua orang tua mu, selalu
kunjungi mereka, jangan kau abaikan karena kesibukanmu, jangan jadi orang yang
sombong, dan ingatlah, jika nanti ajalmu telah tiba, pesankanlah dengan orang
terdekatmu, jangan menaruh bunga di atas kuburanku, dan jangan berpakaian serba
hitam dan membawa payung hitam. Kirimkan saja surah Al – Fatihaah untukmu
kelak.
Ingatlah, saat aku menulis ini,
aku selalu membayangkan dirimu di sana. Bagaimana rupa mu itu, dan tidak lupa
ditemani dengan segelas susu milo kesukaanku. Aku yakin kau juga sedang membca
ini dengan ditemani susu milo hangat sama seperti yang aku lakukan. Terima
kasih untuk semua perjuanganmu hingga kau bisa santai membaca surat ini. Aku bangga
padamu, kau lebih dewasa tak seperti aku dulu yang sering bertingkah seperti
anak kecil.
Sudah dulu ya suratnya, aku butuh tidur yang cukup, karena esok aku akan membangun mimpi – mimpi yang masih belum terwujud. Tetap jadi wanita yang tangguh ya. Ingat, tetap sabar!
Sudah dulu ya suratnya, aku butuh tidur yang cukup, karena esok aku akan membangun mimpi – mimpi yang masih belum terwujud. Tetap jadi wanita yang tangguh ya. Ingat, tetap sabar!
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Dariku, sepuluh tahun
yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar