Begitu besarnya pengaruh karakter
dalam kehidupan. Namun, sebelum berbicara lebih jauh ada baiknya kita
memahami artu dari karakter tesebut. Secara bahasa, karakter berasal dari
bahasa Yunani, charassein, yang artinya “mengukir”. Sifat utama ukiran adalah
melekat kuat diatas benda yang diukir. Tidak mudah usang tertelan waktu.
Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu.
Sebab, ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Ini berbeda dengan gambar
atau tulisan tinta yang hanya disapukan diatas permukaan benda. Seperti itu jua
karakter.
Jika karakter merupakan seratus
persen turunan dari orang tua, tentu saja karakter tidak bisa dibentuk. Ia
merupakan bawaan dari lahir seseorang. Namun, jika gen hanyalah salah satu
faktorpembentuk karakter, kita akan meyakini bahwa karter bisa dibentuk
semenjak anak lahir.
Dalam
berbagai literatur, kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang yang
didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter seseorang. Gen hanya
merupakan faktor penentu saja. Namun, jangan pula meremehkan faktor genetis
ini. Meskipun ia bukan satu-satunya penentu, ia adalah penentu pertama yang
melekat pada diri anak. Jika tidak ada proses berikutnya yang memiliki pengaruh
kuat, boleh jadi faktor genetis inilah yang akan menjadi karakter anak.
Jika melihat bahwa karakter bisa
dibangun atau dibenuk, ia pasti bisa diubah. Sebab, pembangunan dan pembentukan
itu sendiri sejatinya adalah perubahan. Hanya saja, jika bangunan tidak
permanen yang menggunakan bahan-bahan rapuh, maka mengubahnya pun akan lebih
cepat dan mudah. Tetapi, karakter bukanlah sesuatu yang mudah untuk diubah.
Sebab, secara bahasa saja, karakter sudah memiliki makna ‘sulit diubah’. Jika
sesuatu itu mudah diubah, ia bukanlah karakter. Mungkin saja ia hanyalah sifat,
sikap, pandangan, pendapat, atau pendirian.
Perlu dimengerti bahwa perintah dan
larangan adalah bagian yang sangat kecil dalam upaya pembentukan karakter.
Perintah dan larangan hanya bantuan sederhana dalam menlong anak untuk
melakukan kebaikan dan menghindari kesalahan. Hal pertama yang paling penting
sesungguhnya adalah menanamkan kesadaran kepada anak tentang pentingnya sebuah
kebaikan.
Setelah proses penyadaran dan
pemahaman berjalan, anak dibimbing untuk melakukannya dalam tindakan nyata.
Impian yang kuat adalah modal utama. Namun, tundakan yang nyata adalah penentu
keberhasilan. Orang tua yang ingin anaknya memiliki karakter baik harus melakukan upaya-upaya
untuk menuju ke sana. Ia harus menyediakan waktu, energi, dan pikiran bahkan
mungkin ia akan mencari materi untuk mewujudkannnya.
Orang tua pasti
ingin anaknya sukses. Sifat-sifat dasar yang oang tua ingin an agar tumbuh pada
diri anak perlu dirumuskan secara jelas.
Keberanian dan
ketabahan adalah modal utama bagi setiap orang untuk sukses. Setinggi-tingginya
cita-cita yang diterapkan, juka tidak didukung oleh keberanian dan ketabahan,
ia akan berubah menjadi khayalan belaka.
Keberanian dan ketabahan dalam
memegang prinsip yang diyakini akan memudahkan seseorang memengaruhi orang
lain.
Lahirnya sifat pemberani dan tabah
juga berawal dari keyakinan yang kuat akan prinsip yang dipegang. Seorang anakharus
dilatih untuk memegang prinsip-prinsip kehidupan yang dipegang mulai sejak dini
untuk menumbuhkan keberaniaanya. Tanpa prinsip, keberanian dan ketabahan sulit
terlahir. Seseorang tidak akan mampu untuk mengambil eputusan-keputusan yang
berisiko. Hiduonya akan dibayangi oleh kebimbangan dan keragu-raguan. Dia akan mudah mencari
alibi agar dirinya terhindar dari tanggungjawab. Alibi-alibi itu dibuat hanya
untuk menutupi rasa takut dan khawatir akan risiko yang menghinggapi dirinya.
Dia jua akan mudah mengorbankan oranglain demi menyelamatkan dirinya. Inilah
yang perlu diwaspadai oleh para orang tua yang tidak ingin anaknya tumbuh
menjadi seorang pengecut.
Keyakinan adalah pilar penyangga
utama keberanian dan ketabahan. Keyakinan yang paling utama adalah keyakinan
terhadap aturan agama untuk manusia.
Biasakan anak untuk selalu
mengucapkan kata-kata optimis ketuka ia sedang berupaya menggapai sesuatu. Atau
ketika mereka ingin kebaikan dalam dirinya. Bahkan ketika banyak orang yang
meragukan atau mempertanyakan kemampuannya.
Biasakan
untuk selalu melakukan perencanaan dengan baik. Rencana adalah setengah dari
keberhasilan. Kegagalan akan membuat rencana sama dengan merencanakan
kegagalan. Urgensi perencanaa yang baik ini adalah untuk mengimbangi kuatnya
keyakinan. Inilah yang sering ditanamkan oleh para pakar manjemen dalam membuat
program.
Dalam perjalan seseorang, harapan
adalah kehidupan itu sendiri. Harapan yang baik dengan kadar yang tepat akan
menumbuhkan sikap optimistis. Harapan jua salah satu kunci menuju sukses.
Adapun harapan yang minim akan menyebabkan timbulnya sikap pesimistis.
Sebaliknya, orang yang memiliki harapan yang terlalu berlebihan akan sering
bersikap kekankan. N A I F .
Sifat berikutnya yangterkait dengan
keberanian dan ketabahan adalah ketekunan. Salah satu ciri orang yang tabah
adalah tekun. Ia tidak mudah menganggap dirinya gagal, dan segera berpindah
dari suatu pekerjaan yang klain. Banyak orang yang menginginkan kesuksesan.
Namun, kesuksesan tak kunjung menghampiri dirinya hanya karena ia mudah
menganggap dirinya gagal.
Untuk itu, anak-anak perlu diberi
latihan-latihan khusus menumbuhkan ketekunan mereka. Harapanya akan terlatih
untuk memiliki daya tahan terhadap pekerjaan yang sedang digelutinya meskpun
kesulitan demi kesulitan menghadang didepan mata.
Sementara itu, jenis pekerjaan yang
bisa dijadikan media untuk menumbuhkan ketekunan ada bermacam-macam. Seperti
mengerjakan pekerjaan rumah.
Sifat lain yang terkait dengan
keberanian adalah kesetian. Dalam bentuk apapun, kesetiaan sangat membutuhkan
keberanian. Orang yang setia terhadap sesuatu akan tumbuh keberaniannya untuk
membela dan melakukan perlindumgam. Dengan modal kemampuan yan terbatas
sekalipun, orang yang setia akan tetap nekat untuk melakukan perlawanan
terhadap bahaya yang mengancam kesetiannya.
Membangun
Kemampuan Mengendalikan Diri
Dalam pembahasan tentang
pengendalian diri, para ilmuan Barat memasukan sabar dan syukur sebagai salah
satu elemen penyangga di dalamnya. Seolah-olah mereka ingin mengatakan bahwa
inti pengendalian diri ada pada dua kata itu.
Beberapa
tindakan yang bisa dilatihkan untuk menumbuhkan mengendalikan diri pada anaknya
diantaranya sbb:
Jauhkan
Jauhkan anak dari sumpah serapah. Sumpah serpah adalah bukti ketidakmampuan
seorang dalam mengendalikan diri. Ia sebenarnya sama persis dengan amukan yang
biasanya dikeluarkan orang ketika marah. Hanya saja, sumpah serapah adaah
amukan dalam bentuk ucapan.
Dalam konteks pengendalian diri,
pengungkapan rasa kesal dan marah dalam bentuk apapun tidak diperkenankan. Menyalurkan
amarah seperti ini dilandasi oleh pemahaman jika seseorang sering menahan
amarah, ia akan berpotensi terserang beragam penyakit berat, seperti penyakit
jantung, darah tinggi, stroke dan lain sebagainya.
Sudah sepatutnya anak dilatih untuk
tidak pernah mengumpat. Umpatan atau sumpah serapah dijauhkan dari kehidupan
anak dengan menggunakan dua cara. Cara yang pertama adalah mencegah anak
mendengar atau melihat sumpah serapah dari pihak lain. Cara kedua adalah
mencegah anak untuk mengucapkannya dengan cara membuat peraturan yang
disepakati.
Menumbuhkan
Sikap Adil dan Bijaksana
Dalam terminologi Islam, “adil”
biasa dimaknai dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan adalah
kemampuan seseorang dalam menyikapi suatu perkara sesuai dengan kondisi
obyektifnya, sehingga sikapnya itu memiliki dasar yang kokoh dan sulit untuk dibantah
atau dilemahkan.
Untuk mencapai kemampuan bersikap
adil ini, seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dengan memahami
sebuah objek. Dia harus memiliki logika berpikir yang sehat. Orang yang logika
berpikirnya telah rusak akan sulit bersikap adil. Demikian juga orang yang
tidak memiliki kemampuan berlogika yang sehat, maka dirinya akan sulit untuk
berperilaku adil.
Selain sehat dan waras berlogika,
adil juga mensyaratkan sikap tanggungjawab. Orang yang tidak bertanggung jawab
akan sulit untuk bersikap adil. Tangung jawab inilah yang akan mendorong
dirinya mengambil keputusan sesuai dengan kebenaran yang diyakininya, meskipun
itu berisiko tinggi.
Sifat-sifat yang terkait dengan
pembangunan karakter adil ini, yaitu arah hidup, ketaatan, amanah,
tanggungjawab, dan sportivitas.
Arah Hidup
Hidup adalah perjalanan. Banyak
orang memaknai tujuan hidup ini sebatas pada terjaminnya kebahagiaan dan
kesejahteraan masa tua. Tanpa arah hidup yang benar, seseorang akan sulit
berbuat adil.
Contonya:
Kecenderungan
manusia untuk berlaku tidak adil terhadap orang yang dibencinya. Jika seorang
haim mengadili orang yang sangat ia benci, boleh jadi keputusan yang diambil
sangat memberatkan terdakwa. Sedangkan sebaliknya, jika hakim ini mengadili
orang yang dicintainya, mungkin sekali ia akan berupaya sekuat tenaga untuk
mencari celah agar hukumannya itu ringan.
Singkat
kata, nafsu manusia sering tidak mampu membedakan perilaku dengan pelaku.
Perilaku pelanggaran berat bisa menjadi ringan jika pelakunya disukai. Hanya
arah hidup yang benarlah yang akan membuat orang ampu membedakan mana perilaku
dan mana pelaku.
Orang yang tidak mempunyai arah
hidup yang jelas akan kesulitan ketika berhadapan dengan orang yang
berseberangan dengan dirinya. Ia tidak punya keberanian untuk menyatakan
kebenaran. Oleh karen itu, ia tidak bisa diharapkan untuk bersikap adil. Efek
dari keadilan memang kepuasan maksimal kepada semua pihak. Tetapi, keadilan
tidak boleh mencederai kebenaran, apalagi sampai meninggalkan dan mengabaikannya.
Tanggung Jawab
Tanggung jawab pada taraf yang
paling rendah adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban karena
dorongan dari dalam dirinya, atau biasa disebut dengan panggilan jiwa. Ia
mengerjakan sesuatu bukan semata-mata karena adanya aturan yang menyuruh untuk
mengerjakan hal itu. Tetapi, ia merasa sesungguhnya ia tidak menunaikan
pekerjaan tersebut dengan baik, ia merasa sesungguhnya ia tidak pantas untuk
untuk menerima apa yang selam ini menjadi haknya.
Ini adalah tanggung jawab paling
dasar yang biasa disebut responsibility. Diatas responsibility masih ada lagi
jenis tanggung jawab yang lebih tinggi, yaitu pereceived responsibility.
Perceived responsibility masih ada jenis tanggung jawab seseorang atas sesuatu
yang menurut pandangan umum bukan merupakan tanggung jawabnya. Ia melakukan
pekerjaan bukan semata-mata karena ia merasa telah menerima haknya atas
pekerjaan itu, tetapi seratus persen karena panggilan jiwa. Boleh jadi,
pekerjaan yang digelutinya dengan tekun setiap hari sesungguhnya merupakan
tanggung jawab orang lain.
Orang yang bertanggung jawab
sesungguhnya telah memiliki modal yang sangat berharga untuk menjadi orang yang
adil. Dengan rasa tanggung jawab yang dimilikinya, ia akan selalu berusaha
mengambil keputusan yang bisa dipertanggung jawabkan, baik dihadapan sesama
maupun didepan Tuhan Yang Maha Esa.
Sportif
Sikap sprtif juga merupakan salah
satu pilar penyangga karakter adil. Biasakanlah anak untuk mengakui keunggulan
dan kelebihan orang lain, jika orang itu memang memiliki keunggulan.
Dalam menjalani interaksi sosialnya,
seseorang dituntut untuk mampu mengendalikan diri ketika ia harus mengakui
keunggulan dan kemenangan berada dipihak lain.
Sikap Hormat
Rasa hormat merupakan perwujuan dari
pengakuan atas keberadaan orang lain tanpa memerdulikan predikat yang melekat
pada diri orang tersebut. Bahkan rasa hormat tetap diperlukan meskipun orang
yang kita hormati berada dibawah kita secara predikat.
Integritas
Dengan memiliki intergritas,
seseorang akan mampu bersikap dan berbuat secara bijaksana. Caranya yaitu anak
harus memiliki ilmu yang memadai. Ia harus menjadi orang pandai, memiliki
banyak ilmu dan pengetahuan. Intinya, ia harus menjadi orang pintar ditengah
kaumnya. Setelah anak memiliki banyak ilmu, maka ia harus didorong dan diberi
stimulan agar ia senantiasa beramal sesuai dengan ilmu yang dimilikinya itu.
Persoalan intergritas memang berat
dan pelik. Sekadar contoh, eorang pelajar yang tidak menggunakan waktunya
secara maksimal untuk belajar, rata-rata bukan karena tidak tahu atau tiidak
paham bahwa tugas mereka sebagai plajar.
Integritas sa ngat terkait dengan
rasa malu-malu kepada manusia, lebih-lebih kepada yang Maha Kuasa, ketika ilmu
tidak sesuai dengan amalan, manakala ucapan tak sesuai dengan perbuatan, dan
tatkala tindakan dirasa telah melanggar nilai-nilai yang tertanam telah
melanggar nilai yang tertanam dalam hati.
Perasaan malu kepada sesama manusia
sangat penting untuk dimiliki. Sebab, jika malu terhadap sesama ini telah
hilang, derajat seseorang telah sama rendahnya dengan binatang.
Tetapi maliu sejati yaitu malu
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia selalu melihat kita dimanasaja dan kapan saja.
Inilah syarat utama Integritas.
Kisah – Kisah
Pembangun Jiwa
Untuk
menumbuhkan karakter positif kepada anak, orang tua perlu mengenalkan kepada
mereka tokoh-tokoh atau pahlawan-pahlawan yang bissa mereka jadikan idola.
Untuk itu, dalam kesempatan yang terbatas ini, saya tetap berusaha untuk
menampilkan beberapa kisah yang bisa diceritakan oleh orang tua kepada anak.
JIKA
MATAHARI di TANGAN KANANKU DAN REMBULAN di TANGAN KIRIKU
Untuk melenhyapkan cahay Islam, kaum
kafir Quraisy bersepakat untuk membunuh Nabi Muhammad. Namun, sebelum mengambil
langkah lebih jauh, mereka menemui pamannya, Abu Thalib.
Kepada Abu Thalib, mereka katakan
“Keponakan Anda mencaci sesembahan dan agama kami, dan menyebut kami
orang-orang jahil. Dia juga mengatakan bila nenek moyang kami adalah
orang-orang sesat. Kami tidak bisa bersabar lagi menghadapinya”.
Abu Thalib menyadari situasi gawat
yang dihadapinya. Ia memanggil Muhammad dan memceritakan semua yang dikatakan
oleh para pembesar Quraisy itu. Ia berkata “Jagalah dirimu dan diriku dan
jangan membebaniku dengan sesuatu yang melebihi kemampuanku”.
Dengan tenag dan teguh hati, Muhammad
SAW menjawab, “Walaupun mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan
rembulan di tangan kiriku agar akan berpaling dari agama yang ku bawa ini, aku
tidak akan berhenti sampai Allah mengantarkan aku pada kejayaan Islam atau aku
mati karenanya.”
Tersentuh oleh nada tinggi dari
jawaban keponakan tersayangnya, Abu Thalib menjawab, “Lakukanlah apa yang ingin
kau lakukan! Demi Tuhan Pemeliharan Kakbah, aku tidak akan menyerahkanmu kepada
mereka.”
M. Ebrahim Khan
DIALOG
DUA KESATRIA
Pada peristiwa perang Yarmuk, paukan Roma dipimpin oleh
beberapa jendral. Diantaranya adalah Panglima Gergorius Theodorus, atau dalam
literatur Islam dikenal dengan nama Jirji Tudur. Pada suatu ketika, ia keluar
dari tenda dan melangkah ke tengah medan menantang Panglima Khalid bin Walid
untuk perang tanding satu lawan satu. Ini adalah tradisi perang tanding sebelum
perang massal antar-pasukan dilancarkan.
Panglima Khalid pun keluar untuk melayani tantangan itu.
Pertarungan pun terjadi. Beberapa saat kemudian, tombak Panglima Gergorius
patah menjadi dua tertebas pedang Khalid. Ia kemudian mengganti senjatanya
dengan sebuah pedang berat. Pertarungan berlangsung kembali. Tak lama kemudian,
terjadi persilangan pedang yang sangat dahsyat. Kedua pihak saling dorong
dengan kekuatan masing-masing. Kuda-kuda mereka pun saling meringkik. Namun,
justru pada saat keduanya adu dorong dan tekan itulah, sejarah mencatat dialog
yang terjadi diantara mereka berdua.
“Hai Khalid! Coba katakan dengan benar dan jangan bohongi
aku. Seorang merdeka tidak layak berbohong. Dan jangan tipu aku! Seorang
ksatria tidak pantas berdusta! Coba katakan, apakah betul Allah turun kepada
Nabimu membawa pedang dari langit lalu menyerahkannya kepadamu, sehingga kamu
mendapat gelar ‘Pedang Allah’. Setiap kamu mencabut pedang itu, maka tidak ada
lawan yang tidak tunduk?”, tanya Gergorius.
“Tidak!!” jawab Khalid.
“Lantas kenapa engkau digelari Pedang Allah?” Panglima
Khalid menatap lawannya itu. Seolah-olah timbul rasa saling pengertian,
keduanya sama-sama menarik pedang dan menyarungkannya. Khalid kemudian menjawab
lebih lanjut,
“Allah yang MahaAgung dan Mahamulia mengutus seorang Nabi
kepada kami. Semula kami menentangnya dan memusuhinya. Sebagian dari kami
beriman, dan sebagian memusuhi. Aku termasuk pihak yang memusuhinya. Akan
tetapui, Allah kemudian menurunkan hidanyahnya kepadaku dan aku pun beriman dan
menjadi pengikutnya. Nabi berkata kepadaku, ‘Engkau adalah sebuah pedang dari
sekian pedang Allah, terhunus untuk menghadapi kaum musyrik.’ Beliau mendoakan
ku supaya selalu menang. Karena itulah aku disebut Pedang Allah.”
“Aku lebih dapat menerima keterangan mu daripada
mendengar dongengan tentangmu dari orang lain,” kata Gergorius. “Dalam
menjalankan tugas,” lanjutnya, “ajakan pakah yang kamu bawa?”
“Mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan
Muhammad adalah utusan Allah, dan berikrar dalam hati bahwa ajarannya itu
datang dari Allah.”
“Jika tidak bersedia menerimanya?”
“Pilihan berikutnya adalah perang. Dan kami siap untuk
itu.”
“Bagaimana kedudukan orang yang masuk ke lingkunganmu dan
menerima pilihan pertama itu hari ini?”
“Kedudukannya dihadapan kami hanya ada satu, sesuai
dengan yang ditetapkan Allah kepada kami, baik mulia maupun hina, duluan maupun
belakangan.”
“Orang yang masuk kedalam lingkunganmu, wahai Khalid,
apakah sama kedudukannya dalam segala hal?”
“Ya, benar.”
“Kenapa bisa sama denganmu, sedangkan kamu lebih dahulu
darinya?”
“Kami memeluk Islam dan mengikat baiat terhadap Nabi
Muhammad. Beliau hidup bersama kami, dan menyaksikan kebesarannya dan
mukjizat-mukjizatnya. Sedangkan orang yang belakangan tidak pernah berjumpa
dengannya dan tidak pernah menyaksikan semuanya itu. Tetapi ia membenarkan
ajaranya. Jikalau itu jujur dan niatnya jujur, sebetulnya ia lebih mulia
daripada kami.”
“Keteranganmu bersifat benar, tidak menipu, dan tidak
membujuk. Demi Allah, aku terima anjuran yang pertam itu.”
Sejarah mencatat, Panglima Gergorius Theodorus segera
melemparkan perisainya lalu berangkat bersama Khalid menuju perkemahan pasukan
Islam. Pada saat perang Yarmuk yang dahsyat itu pecah, ia pun bahu-membahu
bersama Khalid dan Syahid dalam pertempuran tersebut. Dalam memeluk agama
Islam, Panglima Gergorius hanya sempat melaksanakan shalat dua rakaat.
Joesoef Sou’yb
HARGA SEBUAH INTEGRITAS
Semasa menjadi Khalifah, Umar bin Khatab melarang
mencapur susu dengan air. Suatu malam, ia keluar menuju pinggiran kota Madinah.
Tanpa diduga, ia mendengar seorang wanita berkata pada putrinya, “Sudahlah kau
campur susu daganganmu dengan air? Subuh telah datang!”
Anak perempuan itu menjawab, “Bagaimana mungkin aku
mencampurnya, sedangkan Amirul Mukminin telah melarang mencampur susu dengan
air?”
“Orang-orang telah mencampurkannya. Kau campurkan saja.
Toh, Amirul Mukminin tidak akan tahu,” sang ibu menimpali.
“Jika Umar tidak tahu, Tuhan Umar pasti tahu. Aku tidak
akan mencampurinya karena dia telah melarangnya,” jawab sang anak.
Perkataan anak perempuan itu masuk kedalam relung hai
Umar bin Khatab. Pagi harinya Umar mengundang Ashim, putranya, dan berkata, dan
berkata, “Putraku, pergilah kau ke tempat ini. Tanyakanlah anak putri ini (Umar
menceritakan anak perempuan itu kepada putranya).
Ashim lalu pergi. Ternyata anak perempuan tersebut
berasal dari Hilal Umar laluj berkata, “Pergilah dan nikahi lah dia. Ia sangat
tepat unuk melahirkan seorang kesatria yang akan memimpin bangsa Arab.”
Ashim lalu mengawini wanita ini karena integritas yang
dimilikinya. Kelak, wanita itu melahirkan seorang puteri, yaitu Ummu Hasyim,
Laila bingti Ashim bin Umar bin Khattab, yang kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz
bin Mawan bin Hakam. Dari pasangan inilah, lahir Umar bin Abdul Aziz yang
terkenal itu.
Abdullah bin Abdul
Hakam
KARAKTER PARA KESATRIA
Perbatasan kekaisaran Romawi
membentang sampai pinggiran Arabia. Oleh sebab itu, munculnya kekuatabn islam
mengganggu kenyamanan Kaisar Romawi. Apalagi, dalam beberapa peperangan,
tentara Romawi sering dikalahkan oleh pasukan Muslim yang dikirim Umar.
Kekalahan yang tidak diduga itu
memaksa Kaisar Heraklius mengadakan e=rapat mendadak bersama Dewan Perang. Ia
menyampaikan pidatonya kepada para Jendralnya, “Tentara arab lebih kecil, baik
dari jumlah maupun kekuatan, dibanding kalian. Namun, mengapa kalian tidak juga
mampu menahan serangan?”
Para Jendral Romawi menundukkan
kepala karena malu. Mereka diam, tak ada yang berani berbicara. Akhirnya
seorang Jendral senior angkat bicara. Rahasia penaklukan Arab terletak pada
karakter mereka. Mereka mengabdikan sebagian malam mereka untk beribadah kepada
Tuhan, mereka berpuasa di siang hari bila diperlukan, dan mereka tidak pernah
menganiaya orang lain. Persamaan derajat berlaku diantara mereka. Karena
itulah, mereka sangat berani dalam tindakan dan tekad mereka tidak tergoyahkan.
Sedangkan kita? Kita angkuh dan terbiasa melakukan perbuatan dosa, kita sering
melanggar janji, dan menganiaya kaum lemah. Maka dari pada itu, kita miskin
semangat dan keberanian.
M. Ebrahim Khan
DAFTAR PUSTAKA
Adhim, Mohammad Fauzil.
2006. Positive Parenting :
Cara-cara Islami
Menumbuhkan Karakter Positif Anak. Bandung: Mizania.
Al-Bankani, Abu Anas
Majid. 2006. Perjalanan Ulama Menuntut
ilmu. Darul Falah.
Al-Fauzan, Shalih bin
Fauzan bin Abdullah. 2002 .
Kitab Tauhid.
Jakarta: Darul Haq
Khan, M. Ebrahim, Kisah-kisah Teladan Rasulullah, Para
Sahabat, dan Orang-orang Shalih.
Yogyakarta: Mitra Pustaka
Sou’yb, Joesoef. 1979,
Sejarah Khilafat Khulafaur Rashidin,
Jakarta: Bulan Bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar